Padang, 28 Mei 2014
Teruntuk
ayahanda dan ibunda tercinta,
Yang
cintanya melebihi cinta manusia di bumi ini,
Yang
sayangnya tiada tara,
Yang
kasihnya tak terhingga…
Semoga
Allah selalu melindungimu, mengawasi setiap langkahmu, membalas semua
kebaikanmu dengan menitipkan surga di telapak kakimu..
Ini
aku.. anakmu, yang nakal dan selalu bergantung padamu…
Ini
aku ayah, ibu, anakmu yang selalu kau timang dalam pelukan…
Yang
kalian besarkan dengan kasih sayang dan jerih payah..
Terima
kasih ayah, ibu, telah membesarkanku hingga sekrang..
Terima
kasih telah mengorbankan waktu dan tenagamu demi tumbuh kembangnya setumpuk
daging ini..
Terima
kasih telah mendidikku hingga aku menjadi manusia yang berbudi…
Wahai
ayah, duhai ibu,
Sampai
sekarang aku masih ingat masa kecil itu,,
Saat
aku belum bisa membedakan mana yang baik, mana yang buruk..
Saat
aku belum bisa memilih yang terbaik untukku…
Bahkan
masih teringat jelas dalam benakku saat memilih baju harianku, ibu yang
pilihkan mana yang pantas untukku pakai,, karna memang ku sadari, pilihanku
saat itu memang sering tak tepat.. dan akupun selalu ikuti perintahmu meski
sikap nakal itu masih melekat dalam diriku..
Tak
terasa sekarang aku sudah 22 tahun yah, bu..
Putri
kecilmu yang dulu kau timang sekarang mulai tumbuh dewasa..
Sudah
bolehkah aku memutuskan sendiri mana yang terbaik untukku ayah?
Sudah
pantaskah aku merancang sendiri alur kehidupanku ibu?
Sudah
bolehkah aku menentukan pakaianku sendiri duhai ayah ibu?
Aku
mulai tak suka dengan pakaianku ini ayah,
Aku
mulai tak nyaman dengan celana jeans ini
ibu..
Aku
sudah mulai malu dengan kerudung pendek ini..
Bolehkah
aku menggantinya dengan pakaian pilihanku?
Izinkan
aku ayah,
Ridhoi
aku ibu,
Anakmu
ingin menjadi seorang akhwat,,
Bukan
karena aku ingin mengubah jalurmu,,
Sumpah
ayah, ibu.. aku hanya ingin bawakan Surga itu untukmu..
Melebihi
ka’bah yang engkau idam2kan dari dulu,
Melebihi
Hajar Aswad yang engkau impikan bisa menciumnya..
Aku
hanya ingin memabrurkan doa- doa mu..
Ini
salah satu caraku.. untuk taat pada Rabbku..
Wahai
ayah, duhai ibu tercinta..
Jiwaku
terasa tenang dengan pakaian baruku ini ayah,
Aku
merasa bangga dengan tampilanku sekarang ibu..
Dan
aku malah malu jika harus kembali menjadi aku yang dulu, dengan pakaian
kebanggaan yang katanya modis tapi tipis, berkerudung tapi hanya untuk membalut
bukan menutup,,,
Wahai
ibu dan ayah yang sangat aku sayangi,
Sering
kau sebut dalam perubahanku, semenjak kau bergabung dengan orang2 di PKS,
pikiranmu jadi aneh..
Bukan
…
Bukan
masalah PKS aku berubah, bukan krna itu aku menjadi aneh seperti yang kalian
bayangkan,
Sungguh
niat ini sudah tertancap dari dulu,,
Tapi
saat itu aku hanya berani tampil di depan kaca, dan mengubur niatku dalam-
dalam ketika tak satupun yang mendukung,,
Tahukah
ayah, ibu..
Setiap
pulang kuliah aku selalu praktek dengan jilbab dalamku,, tapi hanya d dalam
kamar, dan selalu melepasnya ketika orang- orang datang..
Nyaliku
langsung ciut ketika bercerita dengan teman karibku, yang sangat anti dengan
jilbaber..
Sebenarnya
bukan karna jilbabnya, tapi krna kelakukan segelintir orang yang berjilbab
dalam yang kurang sesuai dengan pakaiannya, sehingga menimbulkan pandangan
buruk tentang jilbaber.. tapi sangat
disayangkan, beliau mengutuk semua akhwat adalah sama.. dan aku tak siap dengan
segala hujatannya ketika tahu dengan niatku ini… dan terpaksa, semua kusimpan
kembali. . .
Sekali
lagi ayah,ibu..
Bukan
krna bergabung dengan orang- orang PKS aku begini,,
Tapi
mereka yang menjadi media ku untuk taat pada Rabbku..
Seperti
tasbih yang selalu kau gunakan dalam dzikirmu….
Aku
hanya ingin lebih dekat dengan Rabbku..
Hanya
itu…